PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ALTERNATIF DAN AUGMENTATIF MELALUI MEDIA KARTU GAMBAR PADA SISWA AUTIS DI KEZIA SCHOOL AND LEARNING CENTER
DOI:
https://doi.org/10.30999/jse.v2i2.162Keywords:
Resource Center, disabilitas, sekolah inklusifAbstract
Pendidikan selayaknya memenuhi kebutuhan bagi peserta didik berdasarkan kemampuannya, tidak terkecuali bagi anak autis khususnya dalam hal interaksi dan komunikasi. Komunikasi adalah proses untuk saling bertukar informasi, pendapat atau perasaan seseorang dengan orang lain di sekitarnya. Anak autis memiliki masalah dalam hal interaksi dan komunikasi. Pada umumnya, anak autis berinteraksi dan berkomunikasi dengan caranya sendiri. Hal tersebut kadang sulit dimengerti oleh orang disekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hambatan yang membuat anak menjadi frustasi dan memungkinkan munculnya perilaku negatif. Strategi visual sebagai salah satu sarana yang menitikberatkan penggunaan alat bantu visual bisa dijadikan pertimbangan dalam membantu proses pendidikan anak autis. Strategi visual menggunakan apapun yang dapat dilihat, dan sistem ini dirasa sangat cocok dengan kelebihan yang dimiliki anak autis. Karena itu penggunaan strategi visual ini diharapkan dapat memudahkan anak dalam belajar dan membantu siapapun yang menangani anak autis. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam studi lapangan ini adalah: 1.Bagaimanakah kemampuan dan hambatan komunikasi pada subyek Rc. 2.Bagaimanakah program pelayanan dalam mengembangkan kemampuan komunikasi alternatif dan augmentatif bagi Rc. Metode yang digunakan dalam studi lapangan ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang telah dikumpulkan selama studi lapangan mulai dari identifikasi, asesmen, perencanaan program hingga hasil dari intervensi akan dideskripsikan secara kualitatif. Berdasarkan hasil asemen dan intervensi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: RC telah memiliki kemampuan non-verbal yang cukup baik hanya saja hambatan yang masih dialami oleh Rc adalah dalam mengkomunikasikan keinginannya. Tetapi setelah diintervensi dengan menggunakan kartu gambar, maka kemampuan Rc dalam mengkomunikasikan keinginannya lebih baik ketimbang sebelum diberikan intervensi. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil intervensi selama empat kali pertemuan dan setiap pertemuan dilakukan dengan 10 kali latihan. Komunikasi alternative dan augmentative sangat penting Rc, mengingat Rc sangat kurang dalam komunikasi verbal. Berdasarkan rencana program dan hasil intervensi ditemukan bahwa kartu gambar cukup efektif digunakan untuk Rc. Meskipun belum hasil intervensi ini belum sepenuhnya berhasil, kedepannya diharapkan hasil intervensi ini dijadikan bahan referensi dalam mengembangkan kemampuan komunikasi alternative dan augmentative bagi Rc.References
Christi Phil, at all. (2009). Langkah Awal Berinteraksi dengan anak autis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Http://Unsilster.Com/2009/12/Pengertian-Asesmen/ (10 desember 2011)
Http://Rennyapril.Blogspot.Com/2010/03/Pengertian-Autis.Html (12 Desember 2011)
Http://Abdiplizz.Wordpress.Com /2011 / 01/ 10/ Intervensi – Untuk -Anak-Autism/(14 Desember 2010)
Peeters, T. (2009). Autism From Theoretical Understanding to Educational Intervention. London: Whurr Publishers Ltd.
Pustpita Dyah. (2003). Kiat Praktis untuk Menangani Anak Autis. Jakarta: Putera Kembara
Rudy Sutadi, dkk (2011). Autisme dari A sampai Z. Jakarta: CV. Anak Special Mandiri
Downloads
Published
2018-03-04
Issue
Section
Articles