Edukasi Pencegahan Infeksi Menular Seksual Di Rongga Mulut

Authors

  • Dwi Windu Kinanti Arti Universitas Muhammadiyah Semarang, Indonesia
  • Retno Kusniati Universitas Muhammadiyah Semarang, Indonesia
  • Etny Dyah Harniati Universitas Muhammadiyah Semarang, Indonesia
  • Eli Sahiroh Universitas Diponegoro, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.30999/jpkm.v13i3.2828

Abstract

Latar belakang: Infeksi menular seksual (IMS) merupakan infeksi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Hubungan seksual tidak sehat yang dapat menyebabkan infeksi menular seksual salah satunya dapat malalui oral atau yang biasa disebut seks oral. Seks oral mengacu pada aktivitas seksual yang melibatkan rangsangan pada alat kelamin dengan menggunakan mulut, lidah, gigi atau tenggorokan. 14% hingga 50% remaja pernah melakukan seks oral sebelum pertama kali melakukan hubungan seksual. Data menunjukkan bahwa lebih banyak remaja yang melakukan seks oral dibandingkan seks vagina. Remaja perlu diberikan edukasi mengenai pencegahan infeksi menular seksual di rongga mulut. Metode: Pelaksanaan kegiatan secara efektif dibagi menjadi beberapa tahap yaitu identifikasi penyebab masalah, penentuan prioritas masalah, menetapkan alternatif pemecahan masalah, penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah, serta pelaksanaan program pengabdian. Hasil: Hasil uji Wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan p-value = 0,000. Penyuluhan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang pencegahan infeksi menular seksual di rongga mulut.. Kesimpulan: Pelatihan dapat memberikan informasi kepada siswa tentang pencegahan infeksi menular seksual di rongga mulut. Setelah pemberian edukasi, siswa memiliki pengetahuan dan diharapkan takut untuk melakukan free sex dan menjaga kesehatan seksualnya.

Kata kunci: Edukasi, Infeksi, Rongga Mulut

References

Arjani, I. A. M. S. (2015). IDENTIFIKASI AGEN PENYEBAB INFEKSI MENULAR SEKSUAL. Jurnal Skala Husada, 12(1), 15–21.

Boekeloo, B. O., & Howard, D. E. (2002). Oral sexual experience among young adolescents receiving general health examinations. American Journal of Health Behavior, 26(4), 306–314. https://doi.org/https://doi.org/10.5993/AJHB.26.4.7

Conard, L. A. E., & Blythe, M. J. (2003). Sexual function, sexual abuse and sexually transmitted diseases in adolescence. Best Practice and Research: Clinical Obstetrics and Gynaecology, 17(1), 103–116. https://doi.org/10.1053/ybeog.2003.0351

Direktorat, J. P. P. dan P. L. (2016). Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Ditjen, P. dan P. (2007). Modul Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual (untuk Petugas Laboratorium). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Gates, G. J., & Sonenstein, F. L. (2000). Heterosexual genital sexual activity among adolescent males: 1988 and 1995. Family Planning Perspectives, 32(6), 295–298. https://doi.org/10.2307/2648198

Halpern-Felsher, B. L., Cornell, J. L., Kropp, R. Y., & Tschann, J. M. (2005). Oral versus vaginal sex among adolescents: Perceptions, attitudes, and behavior. Pediatrics, 115(4), 845–851. https://doi.org/https://doi.org/10.1542/peds.2004-2108

Karlina, L. (2020). Fenomena Terjadinya Kenakalan Remaja. Jurnal Edukasi Nonformal, 52, 147–158.

MJ, P., Meade, C., & Cohen, G. (2003). Adolescent oral sex, peer popularity, and perceptions of best friends’ sexual behavior. Journal of Pediatric Psychology, 28, 243–249.

Newcomer, S., & Udry, J. (1985). Oral sex in an adolescent population. Archive Sexual Behavior, 14, 41–46.

Pamungkas, B. Y. (2019). Prevalensi lesi rongga mulut akibat infeksi menular seksual pada pekerja seks komersial di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang (Studi terhadap pekerja seks komersial di lokalisasi Sunan Kuning Semarang). Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Islam Sultan Agung. Semarang. http://repository.unissula.ac.id/id/eprint/12717

Remez, L. (2000). Oral Sex Among Adolescents: Is It Sex or Is It Abstinence? Family Planning Perspectives, 32, 298–304.

RI, K. (2020). Laporan perkembangan HIV/AIDS dan penyakit menular seksual. Kementerian Kesehatan RI.

Sanders, S. A., & Reinisch, J. M. (1999). Would you say you “had sex” if...? JAMA, 281(3), 275–277. https://doi.org/10.1001/jama.281.3.275

Schuster, M. A., Bell, R. M., & Kanouse, D. E. (1996). The sexual practices of adolescent virgins: Genital sexual activities of high school students who have never had vaginal intercourse. American Journal of Public Health, 86(11), 1570–1576. https://doi.org/10.2105/AJPH.86.11.1570

Schwartz, I. M. (1999). Sexual activity prior to coital initiation: a comparison between males and females. Archive Sexual Behavior, 28, 163–169. https://doi.org/10.1023/a:1018793622284

Tuntun, M. (2018). Faktor Resiko Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Jurnal Kesehatan, 9(3), 419. https://doi.org/10.26630/jk.v9i3.1109

WHO. (2021). Data Penyakit Menular Seksual. World Health Organization. www.%0Awho.int

Widyanthini, D., Kurniasari, N. M. D., & Widyanthari, D. M. (2019). Kejadian Infeksi Menular Seksual di Kota Denpasar Tahun 2016. Buletin Penelitian Kesehatan, 47(4), 237–244. https://doi.org/10.22435/bpk.v47i4.2117

Published

2023-10-30

How to Cite

Arti, D. W. K., Kusniati, R., Harniati, E. D., & Sahiroh, E. (2023). Edukasi Pencegahan Infeksi Menular Seksual Di Rongga Mulut. JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, 13(3), 26–31. https://doi.org/10.30999/jpkm.v13i3.2828

Issue

Section

ARTIKEL PENGABDIAN

Citation Check