KOMPETENSI PEMIMPIN DALAM MENGHADAPI THE ABUNDANCE ERA

Authors

  • Fery Wahyu Ramadhan Universitas Negeri Malang

DOI:

https://doi.org/10.30999/n-jils.v1i2.370

Keywords:

Revolusi industri, era abundance, kepemimpinan,

Abstract

Pemimpin merupakan seorang yang bertugas dan mempunyai kewajiban untuk mengatur berjalannya sebuah organisai agar bisa membangun dan menjadi organisasi yang sesuai dengan visi dan misi organisasi tersebut. Saat ini merupakan era revolusi industri 4.0. yakni era dimana semua serba cepat dan serba canggih sehingga masyrakat dapat mengakses informasi dengan cepat dan dimana saja. Terdapat empat prinsi era revolusi industri 4.0 yakni interkoneksi, transparansi informasi, bantan teknik serta keputusan terdesentralisasi. Era abudance ditandai dengan beberapa faktor yakni digitalisasi, deception, disrupsi, dematerilization, demonetization, democratization. Model kepeminpinan yang bisa diterapkan pada era abundance ialah model pemimpin yang memiliki perencanaan pandangan kedepan untuk institusinya yaitu transformasi. Kelebihan dari model ini adalah pemikiran yang kritis sehingga menimbulkan sebuah inovasi terus menerus yang bisa diimplemetasikan pada institusinya sehingga bisa bertahan dari perubahan era yang sangat cepat ini. kelemahannya ialah tuntutan dari pemimpin harus diiringi dengan dukungan baik itu moril (regulasi) dan dana yang berlimpah dikala ingin mewujudkan sebuah perpustakaan yang selalu mengikuti teknologi ini.


ABSTRACT


The leader is a person in charge and should regulate the running of an organization so that it can build and become an organization that is following the vision and mission of the organization. At present, it is the era of industrial revolution 4.0 namely, an era where everything is fast and sophisticated so that people can access information quickly and everywhere. There are four principles of the industrial revolution 4.0 era, namely interconnection, information transparency, technical assistance, and decentralized decisions — the era of abundance characterized by several factors, namely digitalization, deception, disruption, dematerialization, demonetization, democratization. The leadership model that can apply in the era of abundance is a model of a leader who has a forward-looking plan for his institution, namely transformation. The advantage of this model is that it is critical thinking that creates a continuous innovation that can be implemented in its institutions so that it can withstand the rapid changes of this era. His weakness is that demands from leaders must be accompanied by support both morally (regulation) and abundant funds when wanting to create a library that always follows this technology.

Author Biography

Fery Wahyu Ramadhan, Universitas Negeri Malang

Ilmu Perpustakaan

References

Gorton,Ceri.Digital Leadership : Leadership And Resilience In The Uk’s Cultural Sector. Makalah disajikan sebagai Laporan triwulan. ( https://www.cerigorton.io/s/Ceri-Gorton-Digital-Leadership-Report-dhr2.pdf ) (Online) Diakses pada Maret 2016.

Syahadah,Robi. Melihat Konsep Kepemimpinan Di Era Digital 4.0. (https://pelatihanpengembangansdm.co.id/konsep-kepemimpinan/) diakses pada tanggal 29 September 2018 pada pukul 19.20.

Yahya,Muhammad. Era Industri 4.0- Tantangan Dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia.Makalah disajikan pada Orasi Ilmiah Professor bidang Ilmu Pendidikan Kejuruan Universitas Negeri Makassar Tanggal 14 Maret 2018 yang diakses pada tanggal 29 September 2018.

Yudiaatmaja,Fridayana. Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan Karakternya. Disajikan dalam bentuk jurnal Media Komunikasi FIS Vol 12 Universitas Pendidikan Ganesha Vol 12, No 2.Agustus 2013.

Zainuddin,Ahmad Faiz. 12 Januari 2018. Move-On Dari Era “Distruption”, Menyongsong Era “Abundance”.http://www.konfrontasi.com/content/opini/move-s-dari-era-%E2%80%9Cdisruption%E2%80%9D-menyongsong-era-%E2%80%9Cabundance%E2%80%9D ( Online) Diakses pada 21 November 2018.

Published

2018-12-22

How to Cite

Ramadhan, F. W. (2018). KOMPETENSI PEMIMPIN DALAM MENGHADAPI THE ABUNDANCE ERA. Nusantara Journal of Information and Library Studies (N-JILS), 1(2), 143–151. https://doi.org/10.30999/n-jils.v1i2.370