FILFASAT DAN TASAWUF DALAM PERSEPEKTIF PENDIDIKAN UMAT (Sebuah Persinggahan Awal Kaum Muda di Kawasan Filsafat -Tasawuf)
Abstract
Ada anggapan bahwa aktivitas filsafat dan praktik tasawuf seolah-olah hanya monopoli orang tua, atau setidaknya orang dewasa. Padahal dalam setiap tangga kehidupan manusia mengalami atau melakukan kegiatan filosofis, selama manusia memiliki akal dan menggunakannya. Walaupun dengan metode dan tingkat pemikiran yang berbeda, tergantung perkembangan jiwa, lingkungan sosial budaya, jenis kelamin dan usia. Oleh karena itu berfilsafat bukanlah hal yang mustahil bagi kaum muda, bahkan sebagai kebutuhan untuk pengembangan kepribadian mereka. Jika filsafat lebih mengandalkan kerja akal, maka tasawuf lebih banyak menggunakan hati dan emosi. Jika filsafat menghasilkan pikiran yang logis-rasional, maka tasawuf mengarah pada kepuasan emosional-spiritual-ritual. Buah tasawuf adalah sedekah sholih. Oleh karena itu, perpaduan kemampuan logika-rasional ditingkatkan dengan amal sholih, menjadikan manusia semakin sempurna, terutama bagi kaum muda yang sedang mencari jati diri, mencari nilai-nilai untuk mengisi usianya dalam rangka pembentukan kepribadian yang semakin sempurna.References
Abdul Kadir Riyadi (2014), Antroplogi Tawsawuf, LP3ES Jakarta
HAMKA (1983), Tasawuf Modern, Pustaka Panjimas, Jakarta
Hamzah Abbas (2018), Filsafat Alam, Al-Ikhas, Surabaya
Hasbullah Bakri (1970), Sistematika Filsafat, Widjaja, Jakarta
Luois Kattsoff (2004), Pengantar Filsafat, Tiara Wacana Yogja, Yogjakarta
Rosihon Anwar (2010), Akhlaq Tasawuf, Pustaka CV. Setia Pustaka, Bandung
Surajiyo (2005), Ilmu Filsafat, Bumi Aksara, Jakarta
Sirajudinn Zar (2004), RajaGrmindo Persda, Jakarta.
Titus dkk (1984), Persoalan-Persoalan Filsafat, Bulan Bintang, Jakarta
Downloads
Published
2017-09-10
Issue
Section
ARTIKEL
License
LISENSI YANG DIGUNKAAN
CC-BY-SA